Kamis, 29 Desember 2011

MENUNTUT ILMU=KEMULIAAN

          “Tuntutlah Ilmu dari Buaian Sampai Ke Liang Lahat” mungkin inilah petikan hadits nabi yang menggugah banyak orang termasuk saya untuk memberikan apresiasi lebih kepada ilmu. Bagaimana tidak setiap sesuatu hal yang kita lakukan berdasarkan ilmu. Dari membaca buku, menghitung, menulis,dll sebagainya, membutuhkan yang namanya ilmu, bahkan sampai sepak bola menggunakan ilmu. Tanpa ilmu hidup kita akan sepi “Ilmu itu Cahaya dan Bodoh itu Gelap”. Dengan ilmu hidup kita akan lebih terarah dan tanpa ilmu seperti kita berjalan di tengah kegelapan tanpa cahaya dan tanpa tuntunan. Ada satu petikan kata-kata mutiara: “Tidurnya orang berilmu lebih mulia daripada seseorang yang beribadah tanpa ilmu”. Ini menunjukkan bahwa seorang yang berilmu akan disertai kemuliaan dalam setiap tarikan nafas hidupnya.                               



        Berbicara tentang ilmu, saya teringat sepenggal kata-kata dari ayah saya yang sangat menggugah hati saya. Ketika itu saya menemani ayah saya untuk mengambil uang bantuan guru yang memang kebetulan adalah profesi dari ayah saya,  bantuan itu diberikan oleh salah satu bank swasta di indonesia. Sesampainya di sana, saya mulai mengambil slip penarikan, lalu menunggu, kemudian dipanggil oleh pihak teller. Sampai di hadapan teller, ternyata nomor KTP ayah saya sudah berubah karena memang KTP ayah saya baru diganti. Nah, pihak teller menyuruh ayah saya untuk menuju meja CS (Customer Service), untuk mengubah dan mengkonfirmasi KTP baru ayah saya.         
         Nah disinilah hati saya tergugah, di salah satu isian data untuk ayah saya ada kolom hobi. Saya pun bingung?? Hobi ayah saya apa??? Sepak bola??? Ah ....saya rasa tidak???  Tidak pikir panjang lagi maka saya menanyakan langsung  kepada belia. Baba (sapaan saya untuk ayah saya) hobi baba apaan??? Dengan ucapan yang enteng dengan penuh keikhlasan dan ketulusan ayah saya mengeluarkan kata-kata yang memang terkesan aneh atau tidak biasa bagi saya , “Menuntut Ilmu”. Hah??? (terbengong sesaat). Hati saya sesaat bergetar hebat, jari-jemari yang tadinya begitu mudah dan tanpa kesulitan untuk menggoreeskan kata-kata di kolom isian data, sepersekian detik melambat. Saya mulai berkomunikasi dengan intrapersonal saya, “Kok bisa sih? hobi yang biasanya diisi dengan sepak bola, baca buku, bersepeda, travelling, mancing, dll. Oleh ayah saya diisi dengan” menuntut ilmu”, tidak habis pikir. Manusia setua ayah masih mau dan berkeinginan untuk menuntut ilmu? Padahal ayah saya seorang guru, muridnya ratusan, keilmuannya melebihi cukup, akhlaknya santun, seorang da’i pula. Tapi kok? masih mau untuk menuntut ilmu?? , padahal juga dengan kredibilitasnya sekarang seharusnya beliau tidak usah capek-capek untuk menuntut ilmu lagi??? Toh ilmunya udah banyak, jadi guru pula? buat apa lagi menuntut ilmu yang lebih lagi???           
        Saya mulai berpikir “Saya malu dengan diri saya, walaupun saya berpredikat muda tapi keseriusan belajar saya masih dipertanyakan, bahkan dengan tenaga yang super mudapun saya tidak bisa menandingi semangat ayah saya dalam keseriusannya menuntut ilmu tanpa kenal lelah. Apa lagi, suatu ketika pernah saya melihat sosok ayah yang pada hari minggu pagi dalam keadaan cuaca hujan masih saja berusaha datang untuk menghadiri majelis ta’lim untuk mencari ilmu, sedangkan saya masih berselimut di ruang tidur. Sungguh keadaan yang luar biasa bagi saya.


       Nah dari sini saya ambil kesimpulan bahwasanya menuntut ilmu tidak mengenal batas waktu, usia, keadaan, atau sebagainya. Walaupun kita tidak muda lagi, hanya keriput yang menemani kita, tapi menuntut ilmu tetap sebagai prioritas utama. Karena ilmu adalah barang langka dan tak pernah ada habisnya, jangan kita merasa cukup terhadap ilmu yang kita dapatkan, tapi carilah sebanyak- banyaknya. Karena ilmu yang menemani kita dalam mengarungi kehidupan kita. Ilmu membuat hidup lebih mudah, lebih ceria, lebih indah, lebih dari yang kita bayangkan dan salah satu kunci kehidupan.                                     Dan cara mendapatkannya hanya dengan kesungguhan, ketulusan, kesabaran, keikhlasan, dan selalu merasa haus dan kekurangan. Dengan demikian ilmu akan kita dapatkan, setelah kita dapatkan maka amalkan karena ilmu yang tidak diamalkan tidak akan bermanfaat, ilm yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan dan akan menolong kita semua di akhirat kelak, hadits nabi menyebutkan : “Jika telah meninggal anak adam maka terputuslah semua amal kecuali tiga : 1. Shodaqoh jariyah, 2. Ilmu yang bermanfaat, 3. anak yang sholeh yang selalu mendoakan”.